Seri
Pengetahuan Komunikasi
SENI
BERPIDATO : Retorika
Oleh :Arsal
Bam
PENDAHULUAN
Uraian tentang "Berbicara dihadapan umum" atau Seni berpidato
yang dalam pengertian lmiah biasanya
disebut "Retorika" dapat ditinjau sesuai keperluan. Keperluan saat
ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para pemimpin atau Petugas Humas. Berbeda dengan cara yang
lain, kita ingin menghubungkan Retorika dengan Penerangan dan Ilmu Komunikasi,
karena hakekatnya Retorika adalah suatu "metode persuasi" dalam tehnik
komunikasi atau tehnik penggunaan bahasa secara effektif dan pemilihan
kata-kata yang berpengaruh dalam rangka usaha seseorang untuk mempengaruhi
orang lain atau masyarakat melalui kata-kata terucapkan yaitu dengan pidato
atau berbicara dihadapan umum.
RETORIKA
Pengertian Retorika
Perkataan Retorika berasal dari Yunani : retho, bahasa Inggrisnya
orator, yang berarti orang yang mahir berbicara di hadapan umum. Pengertian
retorika adalah seni berpidato atau kemahiran berbicara dihadapan umum (the art
of speaking). Dalam pengertian tersebut termasuk kelancaran berbicara atau
bercakap-cakap dalam arti luas, kemahiran menyatakan sesuatu (gagasan) dan
kepandaian mempengaruhi orang lain atau orang
Arti retorika yang dijumpai sehari-hari aialah “ seni berpidato” hal ini
dapat dijumpai dalam buku Kramers “ Engels
Woordenblik” bahwa retorika adalah Redekunst
atau Seni berpidato. Seni
berpidato sebagai pengertian retorika adalah memperlihatkan pengertian umum.
Pada dasarnya retorika sebagai kemahiran atau seni, didalamnya terdapat
suatu bakat. Namun dapat pula dipelajari seperti ilmu pengetahuan, asalkan
disertai dengan latihan-latihan tehnis keterampilan atau pengalaman praktek.
Perbedaannya ialah, bahwa bagi yang mempunyai bakat akan lebih cepat pandai, sedangkan
bagi mereka yang tidak mempunyai bakat akan mempelajari lebih lama, disertai
latihan praktek. Karena itu ada anggapan, bahwa retorika adalah merupakan
artistic-science (llmu pengetahuan yang mengandung seni) atau Scientific Art
(Seni yang ilmiah). Yang harus dilatih ialah segi kelancaran dan kejelasan
pidato. Sarana atau media yang digunakan adalah forum pertemuan, seperti
pertemuan kelompok, rapat-rapat, ceramah dan sebagainya. Hakekatnya retorika
merupakan tehnik pemakaian bahas.a secara efektif, penggunaan kata- kata
terpilih yang mempunyai daya pengaruh. Bagi kepentingan memberikan
informasi,menjelaskan atau menerangkan. Retorika adalah kemahiran berbicara
yang menghasilkan dukungan dan partisipasi.
RETORIKA DAN MEDIA KOMUNIKASI
Ada 3 jenis alat-alat Komunikasi
dengan tiga macam golongan berdasarkan tiga kriteria .Retorika dapat dimasukan kesetiap golongan
dan senantiasa dapat memenuhi kriteria yang diperlukan untuk tiap-tiap golongan
media.
Pertama-tama,ia merupakan alat
utama.Karena retorika adalah penggunaan bahasa untuk memindahkan pikiran dan
perasaan.Sedang bahasa adalah alat utama
yang terdekat bagi manusia untuk keperluan tersebut.
Kedua, Retorika merangsang
sasaran,Destinasi atau audience komumikasi,melalui “ Indera pendengar “ apabila
berarti “ seni berbicara “. Dengan demikian ia dapat digolongkan kepada “
Medium Ouditif “ Dalam arti luas meliputi juga “ Written Word “ maka memasuki
kelompok “ Media Visual “. Sebagai konsekwensi dari pada pengelompokan yang
kemudian ini Retorika dapat disalurkan kedalam bentuk media yang termasuk
kelompok ke tiga dibawah ini . Ketiga,ialah pers,radio,film,dan televisi dapat
juga dipergunakan untuk melaksanakan “ Retorika “ tersebut.
Demikianlah perbandingan pertama yang telah dicoba oleh penulis antara
retorika dan media yang lain. Diperlihatkan dengan demikian kesanggupan “
Retorika “ untuk menghayati dirinya dalam berbagai bentuk yang terdapat disemua
“mass media “ Komunikasi. Oleh karenanya ia mempunyai kemungkinan yang lebih
besar dari pada “media” yang lain untuk meransang sipenerima. Dalam hubungan
ini penulis akan mencoba membuat suatu perbandingan matematis dalam kesanggupan
retorika berdasar pernyataan yang telah dikemukakan diatas, sebagai berikut
Rhetoric : spoken + Written
Spoken : Rhetoric – Written
Written : Rhetoric – Spoken
1.
R.S.R lebih
besar dari S.
2.
R.W.R lebih
besar dari pada W
Sekali lagi perlu dikemukakan,bahwa perbandingan tersebut memperlihatkan
kemampuan retorika menghayati atau memanifestasikan dirinya kedalam
bentuk-bentuk komunikasi dengan semua jenis media apapun juga. “ S “ dalam
diagram diatas dapat berupa “ Pidato tatap muka “ atau “ Face “ to face
communication “ juga dapat pula “ pidato
radio. Sedang “ W “ dapat semua komikasi yang
“ Printed “, surat kabar,majalah dan lain sebaginya. Dengan uraian diatas dapat
diperbuat sebuah lagi diagram matematis dari pada perbandingan sebagai berikut
: Kalau “ S “ diubah dengan O ( ditif ), karena spoken word merangsang sasaran
melewati “ indera pendengaran “ sedangkan “ W “ dirubah dengan “V” (visuil ),
disebabkan kata –kata tertulis-lukis/ merangsang destinasi “ indera penglihatan “ maka
:
R = S + W
S = O
W = V
S = O + V,
artinya retorika dapat diujutkan berupa “,alat “ Visuil,oditif, dan
audio-visuil.
Perbandingan antara retorika dengan media lainnya ialah tentang keampuhan dan kelemahan Retorika berhadapan dengan keampuhan dan
kelamahan media yang lain. Kemapuhan
retorika sebenarnya terletak pada keampuhan bahasa , karena ia adalah bahasa
itu sendiri yang dipergunakan sebagai medium komunikasi , demikian juga dengan kelemahannya atau kekurangannya . Retorika juga
dijumpai pada bahasa .
Retorika secara face to face memiliki keunggulan dengan alasan sebagai berikut :
A.
Kontak
secara langsung antara komunikator dan komunikan
1
Komunikator
dapat menyesuaikan situasi dan kondisi, baik yang bersifat fisis maupun psikis
dari pada sasaran
2
Komunikan
terpenuhi keinginan untuk melihat pembicara sekaligus mendengarkan pidatonya ,
dua buah stimuli lewat mata dan telinga
destinasi, secara serempak.
B.
Komunike
pesan-pesan atau message dapat langsung
dari komunikator kepada komunikan , dengan distorsi yang sangat kecil .
Bandingkan dengan media yang lainnya . Berbicara dengan telefon dinegeri kita ,
merupakan contoh yang ekstrim bagi masalah ini. Demikian juga dengan kawat.
C.
Kelincahan
atau fleksebilitas terhadap tanggapan
atau respons baik ia yang menyampaikan
maupun ia yang menerima mempunyai
intensitas yang tinggi. Komunikator selekasnya dapat menyempurnakan mesejnya yang ternyata kurang jelas, keliru atau
mendapat respons yang tidak seperti
diharapkan dengan jalan misalnya dengan
mengulangi , menegaskan dan sebagainya , atau menolakknya sekali, apabila hal demikian
perlu diperbuat
D.
Kesatuan
antara pribadi komunikator dengan
komunikannya menjadi satu unit utuh. Keuntungannya ialah apabila otoritas dari komunikator sudah demikian baikknya ,
berwibawa terhadap setiap audience, maka kewibawaan atau otoritas tersebut akan
bersama-sama komunikannya merangsang destinasi secara lengkap.
E.
Alat-alat
Bantu dapat diatur seperlunya untuk turut serta
membentuk kemegahan dan
kewibawaan dari pada komunikasi semacam ini , lambing-lambang kebesaran baik
berupa benda atau sikapseremonial dapat diselenggarakan dengan baik sesuai
dengan keperluan.
PENGGUNAAN RETORIKA DI INDONESIA
Dengan mengingat keadaan masyarakat di Indonesia sepanjang masa
penjajahan , merupakan rakyat yang miskin secara total 2 setengah sen sehari.
Buta huruf meraja lela, maka satu-satunya alat yang sanggup menggerakkan massa
rakyat adalah hanya retorrika.
Penggunaan retorika lebih menonjol lagi semasa setelah Praklamasi
Kemerdekaan sampai dewasa ini.
Dalam revolusi fisik, dalam tahap survival , dan dan dalam tahap
pembangunan serta seterusnya hari ini.
Bereda dengan di Eropah dan Amerika Serikat yang dalam kenyataannya
alat alat komunikasi moderen telah mampu dan banyak menguasai aktifitas
komunikasi, penggunannya telah dengan efesiansi yang tinggi, retorika
bersama-sama dengan drama dan seni berpidato dijadikan sebagai jurusan atau fakultas dalam perguruan tinggi
. Seorang Prof. Retorika pada Universitas Edinbright telah menulis buku “ Lectures of retori”
buku ini dipergunakan sebagai buku Standard oleh perguruan tinggi di Eropah ,
Inggeris, Canada dan Amerika Serkat .
UNSUR MANUSIA
DALAM RETORIKA :
A.
Orator Sebagai Ahli Retorika
Membicarakan unsure manusia
dalam retorika, pada azaasnya serupa dengan hal tersebut dalam komunikasi. Dalam Definisi komunikasi oleh H.D Laswell dinyatakan
unsure manusia tersebut dalam dua jurusan. Jurusan pertama disebut olehnya
dengan Who Say What berarti ia ynag menyampaikan sesuatu pesan , lazim disebut
komunikator,sdangkan yang jurusan lain adalah “ Dia “ yang menerima pesan Whom
: yang menjadi sasaran , lazimnya disebut komunikan , Audience, Destinasi atau Objek .
Orator dan Audience dalam hubungan ini akan dibahas berdasarkan pada suatu
pendirian , bahwa kedua-duanya merupakan unsur manusia dalam subjek ini . Betapa petingnya unsure manusia baik sebagai
subject pada masalah yang dibahas , maupun sebagai object, senatiasa merupakan
factor penting .
Bukankah unsure manusia ini dimana pun ia ikut serta, selalu merupakan fakta bersayap, misalnya “ Tennslotte beslist
de mens” atau THE MAN BEHIND THE GUN dan lain sebagainya . Jelas bahwa setiap waktu
dan ruang , manusia senatiasa merupakan factor yang penting.
Sifat yang menonjol bagi para para
orator kepemimpinan, dalam sifat ini sebagai pemeimpin inilah sebagai unsure
manusia, dia yang memerikan pesan. Alasan ini adalah kenyataanya memperlihatkan
kepada kita bahwa dalam segala zaman selalu pemimpin memegang peranan-peranan penting menghasilkan
gagasan besar bagi bangsanya dan untuk dunia pada umumnya. Karena sesungguhnya
pemimpin-pemimpinlah yang bertidak sebagai orator merealisir kepemimpinannya
ditemngah- tengah masa rakyat. Dari dia sebagai orator yang membuat rakyat
mempounyai kesangguapan untuk berjuang, dan macam-macam lagi pengaruhnya .
Contohnya, Rakyat Jerman dan Jepang
mengalami Tragedi akibat perang dunia kedua adalah disebabkan oleh
orator mreka pada masa intu.
Demikian pula rakyat Indonesia dalam keadaannya sekarang adalah adalah
sebagai produk dari pada gemblengan – gemblengan sejak sebelum kemerdekaan sampai dewasa ini dan pemimpin-pemimpin
lainnya.
Dengan demikian dua fungsii yang ada pada pemimpin yaitu sebagai Konseptor
atau pemikir ( Idea ) juga sebagai pe3nggerak untuk melaksanakan idea tersebut.
Pendapat Hitler dapat disetujui para pakar dalam pengertiannya positif dan
konstruktif- menggerakakan rakyat untuk tujuan-tujuan yang positif.Beberapa
penulis telah mengemukakan pendapatnya tentang syarat-sayarat yang harus
dimiliki oleh seoarang pemimpin , Ordweytead dalam bukunya The Art of
Leadership, dikutip oleh Prof.Sarwono Prawiroardjo Kepemimpinan dalam
pekerjaan, Majalah Administrasi Negara ( LAN ) Jakarta Hal.8 mengatakan sebagai
berikut :
1.
Badan yang
kuat yang penuh energi
2.
Suatu sensor of purpose and direction
3.
Antusiasme
4.
Ramah tamah
5.
Integrites vermogen tinggi
6.
Keunggualan dalam teknik pekerjaan
7.
Tegas dalam tindakan-tindakan
8.
Unggul dalam kecerdasan
9.
Memiliki kecakapan sebagai guru
10.
Mempunyai kepercayaan kepada diri sendiri
Namun demikian banyakpula
segi-segi yang dapat diterapkan sebagai sarat-sarat bagi seorang Orator
sekaligus seorang pemimpin . Pendapat lain yang dikemukakan oleh
Prof.DR.Rooeslan Abdulgani dalam majalah Administrasi Negara Lan , berjudul kepemimp[oinan dalam dinas
pemerintah, Hal.14 manyatakan :
Proses
Komunikasi dan Proses Persuasi.
Proses komunikasi adalah
berjalannya kegiatan komunikasi, dimana komunikator dan audience dihubungkan
satu sarana lain oleh informasi atau berita ataupun message (isi pesan/anjuran)
sesuai maksud komunikator. Atau berjalannya proses memberikan
informasi/penerangan ataupun berbicara dihadapan umum (pidato).
Dalam proses komunikasi atau
proses memberikan informasi atau menerangan itu terdapat beberapa
unsur/komponen-komponen, yaitu:
a.
Komunikator (orang yang menyampaikan pesan)
b.
Message (isi atau
materi penerangan atau pesan)
c.
Audience (Sasaran,
pendengar, komunikan )
- Media (sarana) dalam bentuk Radio, Televisi, Film, Surat Khabar, Pertujukan rakyat, Forum pertemuan dan lain lain.
e.
Effect (Dampak
atau hasil yang diperkirakan atau yang diharapkan)
Penjelasan:
Komunikator (public
speaker/pembicara) seharusnya berwibawa dan berbakat atau memenuhi persyaratan
kredibilitas, sebab pengaruh komunikator bergantung pada sikap audience yang
selalu menilai faktor kredibilitas komunikator, yaitu segi kepercayaan,
keahlian dan kejujuran. Komunikator yang diakui kredibilitasnya dapat mempengaruhi
perubahan opini.
Sedangkan tujuan
komunikasi itu berdimensi dua, yaitu:
a.
Ingin mempengaruhi
b.
Memberi keterangan yang memuaskan,
Faktor
Faktor Pendukung Kredibilitas
Faktor
keahlian
(expert), pengetahuan, inteligensia, penguasaan bahan informasi atau pandangan
ilmiah
Faktor
kejujuran
(trust worthiness), penyataan yang benar (valid), informasi yang biasanya
sesuai dengan rumusan penyataan terdahulu yang sudah diterima umum.
Faktor
keahlian meliputi,
umur, kepemimpinan dan latar belakang sosial/status sosial. Misalnya sebagai
contoh : Umur komunikator
kadang-kadang dianggap sebagai indikator penuh pengalaman. Begitu pula posisi
leadership (kepemimpinan) dalam kelompok (opinion leaders) dianggap sebagai
indikator kemampuan memperkirakan dampak sosial. Orang-orang dalam, biasanya dianggap lebih ahli dari pada
orang-orang di luar lingkungan, walaupun banyak bicara. Status sosial yang tinggi dari komunikator, kata-katanya dapat
menggerakkan nilai-nilai yang mampu mendorong pendapat menyetujui opini komunikator.
Demikian juga hila ia orator atau seorang pembicara yang hebat akan mampu
meningkatkan perhatian orang terhadap opini yang barn. Karena itulah kata-kata
mutiara banyak dikutip orang.
Jadi, dalam tehnik komunikasi khususnya dengan retorika,
biasanya suatu komunikasi dipandang effektif, selain message, juga faktor
manusia atau faktor siapa (komunikator) yang menyarnpaikan dengan sikap yang
menyakinkan audience. Disinilah letak peranan orator (ahli pidato).
Message
Komunikasi akan efektif apabila message (isi pesan/anjuran,
isi pidato) menarik perhatian (attention): Dirumuskan
dalam lambang/bahasa yang sederhana, sesuai pengalaman dan daya tangkap
audience (audience oriented) Mencerminkan kepentingan bersama, baik
kepentingan audience maupub kepentingan komuinikator (overlapping of interest).
Mengandung sasaran (sugesti) merupakan suatu alternatif
dalam mengatasi masalah atau memenuhi kebutuhan audience.
Audience
Audience atau sasaran
penerangan (dalam arti target group) terbagi dalam dua kelompok yaitu :
Sasaran pokok atau audience
umum (publik ataupun massa).
Biasanya diperkirakan separuh (50%) dari penduduk suatu daerah, karena 50%
sisanya adalah audience anak-anak. Pada umumnya audience umum itu dijangkau
dengan komunikasi melalui mass media atau komunikasi massa dalam rangka pembinaan opini publik,
dimana audience umum merasa tertarik perhatiannya dan terkait kepentingan dan
keinginannya oleh isi pesan
Sasaran antara adalah
opinion leaders atau tokoh-tokoh terkemuka atau pemuka masyarakat yang mengambil
perhatian besar serta menampung isi pesan. Terhadap mereka ini selanjutnya
dijangkau dengan komunikasi langsung antar personal atau penerangan tatap muka
(face to face communication) melalui forum pertemuan, dengan maksud agar
sasaran antara ini dapat meneruskan isi pesan/anjuran tersebut kepada
lingkungan masing-masing sebagai sasaran terakhir.
Komunikasi antar personal
atau langsung (face to face) itu biasanya merupakan kunci membangkitkan
audience untuk mengambil keputusan dan menerima isi pesanyang disusul dengan
tindakan (partisipasi).
Selain itu keuntungan
komunikasi langsung antar personal ini adalah dapat segera mengetahui dampak
arus balik (feedback) dari audience.
Dalam analisa audience
terutama harus diperhatikan pengalaman (field of experience), lingkup
referensinya (frame of reference), pengaruh luar atas dirinya, sikap mengikuti
opinion leaders atau pandangan pemimpin kelompoknya.
Media
Dalam praktek penggunaan
media (sarana atau mass media) biasanya dilakukan secara kombinasi antara
berbagai mass media yang tersedia, walaupun dalam petunjuk teoristis sering
kali dinyatakan perlunya pilihan media berdasarkan keadaan sosial psichologis
audience. Semua media masing-masing mempunyai keampuhan dan keterbatasan
(karakte-ristik) atau watak atau kemampuan tehnik) seperti pers, radio, tv,
film, pameran, penerbitan, forum pertemuan dan per- tunjukan rakyat. Untuk
pidato atau berbicara dihadapan umum digunakan media/forum pertemuan.
Effect
/ Dampak
Efek, dampak atau hasil yang
diperkirakan atau diharapkan dari penyampaian pesan/anjuran dapat diketahui
dari tanggapan arus balik (feedback) dari audience. Bentuk feedback tersebut
merupakan pendapat (opinion) atau sikap (attitude) bahkan sampai pada tindakan
partisipasi (action behavior) sebagai cermin penerimaan atau penolakan terhadap
isi pesan. Hasil tersebut akan terlihat dalam dua tahap yaitu:
Hasil tahap pertama bersifat
kuantitatif yaitu jumlah audience yang terjangkau berarti message sudah sampai
pada sasaran (arrived), namun belum menjadi penerimaan (accepted).
Hasil tahap kedua bersifat
kualitatif yang biasanya pada tahap permulaan diperkirakan 20% dari jumlah
audience yang terjangkau dan telah dapat menerima message (dalam artian
accepted). Sisanya digarap dalam rangka follow up kegiatan usaha penerangan dan
komunikasi. Disini termasuk peranan media pertemuan dengan retorika sebagai
metode persuasi dalam tehnik komu nikasi. Bentuknya berupa penerangan dan
komunikasi langsung an tar personal (face to face), baik yang langsung seperti
anjang sana dan
pertemuan kelompok (ceramah-ceramah dan sebagainya) maupun face to face yang
tidak langsung seperti media pertunjukan rakyat.
Dalam rangka evaluasi
keberhasilan biasanya terdapat indikator-indikator dalam bentuk gejala dalam
masyarakat seperti rnisalnya :
Timbulnya lembaga-lembaga dalam masyarakat, dalam kaitan dengan message.
Adanya komunikasi antar personal (antar audience) yang memperbincangkan
message yang kita lancarkan.
Adanya sikap positif sasaran antara serta dukungan dan bantuan kepada kita
sebagai komunikator, khususnya dalam komunikasi bertahap.
Adanya partisipasi aktif dari audience Umum.
Evaluasi hasil komunikasi atau penyampaian pesan (message) biasanya
terlihat dari hasil interprestasi data sebagai basil penelitian atau pengamatan,
apakah hasil tersebut atau gambaran yang aada pada audience sesuai dengan
harapan komunikator serta keseluruhannya memiliki image positif.
Proses persuasi (mengajak/mempengaruhi) terhadap audience disebut pula
proses atau fase AIDDA (atention, interest, desire, decision dan action).
Proses ini merupakan tahapan atau fase-fase dalam persuasi untuk pemecahan
problema yang dihadapai audience. Pola penggambaran sistimatika at au urutan
logis yaitu :
Pembukaan/pendahuluan, kemudian disusul dengan pesan
dan diakhiri dengan kesimpulan.
Sesuai dengan
penjelasan terdahulu mengenai persyaratan message dan faktor audience, maka
mengenai komunikasi yang efektif khususnya bagi pidato atau berbicara dihadapan
umum ialah selain faktor message dan audience tersebut juga peranan dan
kredibilitas komunikator akan ikut menentukan keberhasilan (lihat proses
komunikasi).
II. PROSES PERSIAPAN DAN PENYUSUNAN NASKAH
PIDATO
1. Tujuan dan Isi Pidato
Tujuan berpidato atau berbicara dihadapan umum adalah
terutama untuk mempengarnhi audience. Karena
itu komunikator harus selalu ingat dan
berkonsentrasi pada tujuan tersebut. Disini retorika merupakan tehnik pemakaian
bahasa secara efektif, yang berarti keterampilan atau kemahiran dalam memilih
kata-kata atau istilah yang berpengaruh sesuai dengan situasi audience sangat
diperlukan. Isi pokok dari pidato harus menarik perhatian. Suatu pidato yang
menarik perhatian haus menyangkut masalah- masalah yang didambakan (atau yang
menjadi kepentingan) audience.
Pemilihan tema dan
judul seyogyanya melalui seleksi yang seksama disesuaikan kepada tujuan dan
situasi kondisi audience atau permasalahan message dalam pola efektifitas
komunikasi audience, berbahasa sederhana dan mengandung saran (sugestion) yang
merupakan altematif. Selanjutnya pembicara harus pandai mengolah bahan-bahan
dan. menyampaikannya dengan gaya dan cara yang memikat
2. Susunan Pidato
Susunan
pidato atau sistematika pada umumnya terbagi dalam 3 bagian atau bab, yaitu :
a.
Pendahuluan atau exsodium (introduction)
b.
Isi Pokok (main idea)
c.
Kesimpulan (conclution) atau Penutup yang berisi kesimpulan
dan saran.
Pendahuluan atau exsordium (introduction) berisi :
1.
Uraian
pendahuluan atau pengantar dengan maksud menimbulkan kemauan rnendengar pada
audience (hadirin/pendengar) dan mernbangkitkan perhatian terhadap topik atau
pokok gagasan yang ingin disampaikan. Uraian pendahuluan ini merupakan
pembukaan dari interest vital, kepentingan bersama (audience dan kornunikator).
2.
Pokok-pokok
masalah yang hendak disampaikan dalam urutan kerangka yang logis, merupakan
ikhtisar singkat dari keseluruhan isi pidato.
Isi Pokok (main idea)
Dalam memilih
isi pokok digunakan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1.
Isi pokok harus jelas menunjang maksud yang telah ditentukan.
2.
Isi pokok harus selaras dengan sifat pidato (informasi edukasi atau hiburan).
3.
Isi pokok harus menarik perhatian (attention), mampu menggerakkan perbuatan audience sesuai
keinginan Pembicara (komunikator) dan menyentuh kepentingan pribadi (personal
needs) audience.
Sebaiknya
jangan terlalu banyak mengemukakan idea (gagasan-gagasan), sebab terlalu banyak
gagasan akan dapat membingungkan audience.
Kesimpulan (conclucion)
Kesimpulan atau Penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Setelah dirasa
cukup memberikan uraian penjelasan, maka hendaknya pada penutup pidato
diberikan kesimpulan (conclucion) dengan maksud untuk memudahkan daya ingat
audience. Perlu diperhatikan, bahwa sebagai
kesimpulan hendaknya singkat, sederhana dan merupakan kebulatan. Wujud dari
kesimpulan dapat berupa inti sari dari pacta keseluruhan uraian dan atau berupa
saran-saran, sesuai tujuan pidato yang ingin mempengaruhi audience agar
bersikap dan melaksanakan tindakan sesuai pesan/anjuran pembicara
(komunikator). Dengan demikian maka kesimpulan merupa kan ajakan yang
merangsang (persuasi sesuai motivasi).
Dalam uraian isi pokok pembicara seharusnya sudah siap dengan pembuktian
atau argumentasi (alasan-alasan) kuat. Argumentasi ini ada yang bersifat
memperkuat pendirian pembicara, ada pula yang bersifat melemahkan pendapat atau
pemikiran hadirin. Penjelasan isi pokok harus sesuai dengan prinsip-prinsip
sebagai berikut :
1.
Pengulangan
seringkali diperlukan untuk kejelasan.
2.
Mengemukakan
contoh-contoh kongkrit dan perbandingan-perbandingan (ilustrasi).
3.
Dengan memperhatikan data statistik.
4.
Dengan memperlihatkan pembuktian atau kesaksian yang
meyakinkan.
Hal
lain yang perlu menjadi perhatian
didalam kita berpidato atau berbicara didepan umum adalah sebagaimana uraian dibawah ini. Saat
berbicara di depan umum, seorang pembicara perlu juga menguasai hal/teknik
komunikasi agar apa yang ingin disampaikan dapat berhasil dengan baik.
Beberapa hal tersebut adalah:
Personal ImagePersonal image adalah citra diri yang terbentuk saat Anda berdiri di atas mimbar. Pada saat Anda mulai mengangkat suara, saat itulah pendengar mulai membentuk gambaran tentang siapa dan bagaimana diri Anda, seberapa mereka senang dengan Anda ataupun materi yang Anda sampaikan.
Bahasa Tubuh:
Postur Tubuh
Saat berdiri di mimbar pastikan bahwa:
- Anda bersemangat dan penuh vitalitas
- Anda berada pada posisi yang seimbang
- Berdiri tegak, jangan membungkuk
4. Meletakkan
catatan pada tempat yang gampang dibaca.
5. Hindari:
·
Membebani
tubuh Anda hanya pada satu sisi / berat sebelah.
·
Tersembunyi di
belakang mimbar
·
Memegang pinggiran mimbar terlalu kuat
Gerak-gerik
Hindarilah gerak-gerik yang akan memecah konsentrasi pendengar seperti:
Hindarilah gerak-gerik yang akan memecah konsentrasi pendengar seperti:
·
Memasukkan
tangan ke dalam saku celana
·
Memakai
sapu tangan untuk menyeka belakang Anda
·
Berpangku tangan
·
Meremas-remas tangan dengan gugup
·
Memainkan kunci atau uang logam di dalam kantong celana
·
Terus menyeka
rambut dari mata, atau terus membetulkan posisi kacamata
Kontak Mata
Kontak mata adalah alat untuk "menjalin" hubungan komunikasi dengan pendengar. Kontak mata juga salah satu faktor penentu apakah Anda adalah seorang pembicara yang tulus, disamping dipakai sebagai indikator tingkat kepercayaan diri Anda.
Kontak mata adalah alat untuk "menjalin" hubungan komunikasi dengan pendengar. Kontak mata juga salah satu faktor penentu apakah Anda adalah seorang pembicara yang tulus, disamping dipakai sebagai indikator tingkat kepercayaan diri Anda.
- Pandanglah mata pendengar / jemaat secara alamiah dan bergantian, dan mereka akan merasa diperhatikan oleh pembicara.
- Pandanglah pendengar secara personal, bukan diborong sekaligus secara keseluruhan.
- Hindari memandang atas kepala pendengar, dan
- Jangan terpaku pada catatan khotbah.
Suara
Suara adalah media penting dalam penyampaian pidato. Anda bisa dimengerti oleh peserta sangat tergantung kepada sejauh mana kemampuan Anda memverbalisasikan apa yang ingin anda sampaikan.
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan untuk
tujuan di atas adalah: Suara adalah media penting dalam penyampaian pidato. Anda bisa dimengerti oleh peserta sangat tergantung kepada sejauh mana kemampuan Anda memverbalisasikan apa yang ingin anda sampaikan.
Volume
Volume suara harus cukup keras sehingga jemaat bisa mendengarnya dengan baik meskipun mereka duduk jauh di belakang, tetapi jangan terlalu keras sehingga sangat mengganggu mereka yang duduk di depan. Mixer dan sound system yang baik bisa menjadi alat yang sangat efektif untuk mengatur semuanya itu.
Tekanan Suara
Untuk menghindari suara yang monoton pembicara perlu memodulasi atau menaik-turunkan tekanan suara pada kata-kata penting tertentu supaya lebih menarik.
Cepat lambatnya penyampaian
Berapa cepat/lambatkah kita harus berbicara di depan umum? Jawaban yang terbaik adalah tidak terlalu cepat dan juga tidak terlalu lambat. Kecepatan rata-rata dalam pembicaraan sehari-hari adalah ± 150 kata/menit. Serang pembawa acara perlombaan kuda berbicara antara 170 - 220 kata / menit.
Tata Bahasa
Menggunakan tata bahasa yang benar adalah jalan kepada keberhasilan atas apa yang anda sampaikan dalam khotbah. Jangan membiasakan diri dengan menggunakan kalimat "double-negative" seperti; "kami tidak pernah tidak mau ikut dalam acara ini,"
Kata-kata Pengisi
Hindarilah pengulangan kata "Amin?", "OK?" ataupun menanyakan pertanyaan "” saudara ingin bahagia?" (ini adalah pertanyaan yang kurang bermutu karena pasti semua orang ingin berbahagia) dan usahakan untuk tidak memakai kata pengisi seperti "Err," "Uhm," "Eh."
Persiapan Pidato
Persiapan
pidato merupakan suatu proses yang terbagi dalam 5 tahap yaitu :
1.
Tahap
invention (penemuan dan pengumpulan bahan)
2.
Tahap
designing (penyusunan bahan/naskah)
3.
Style (gaya/oral style)
4.
Memori (menghapal)
5.
Deliveriy (presentation, prestasi penyaji).
1)
Invention
(penemuan dan pengumpulan bahan) atau inventio.
Tahap ini merupakan tahap pemikiran dan
penelitian/penyelidikan,pemikiran tentang apa yang akan dibicarakan atau yang
akan dijadikan topic (pokok masalah) beserta bahan-bahan yang relevan. Segala
yang diperlukan dicari misalnya dari dokumetasi, perpustakaan dan
cattan-catatan lainnya. Hal tersebut dimaksudkan, agar tergambar dengan jelas
dalam imaginasi tentang apa yang akan di- kemukakan itu. Dalam imaginasi atau
renungan persiapan pidato, maka pengalaman atau hal-hal yang tersimpan dalam
alam bawah sadar akan muncul. Semua itu akan menjadi catatan dalam fase persiapan ini
2)
Designing
(penyusunan bahan) atau disposition.
Tahap ini
merupakan tahap penyusunan bahan secara sistematis, disusun menurut urutan yang
logis (lihat penjelasan tentang sistematika). Dengan designing atau disposition
tersebut komunikator telah mendapatkan suatu kerangka pidato, suatu sistematika
yang terdiri atas Pendahuluan (Introduction, exordium), isi (main idea) beserta
penjelasan dan argumentasi, dan kesimpulan (conclucion).
3)
Style (oral style atau gaya pidato) atau Elucatio.
Tahap ini merupakan tahap pengalihan gaya tulisan dari
catatan tersebut kedalam gaya pidato (oral style) sehingga akan teras a lebih
hidup dan menarik sesuai dengan daya tangkap audience, dalam arti kalimat-
kalimatnya terangkat dan ulasannya baik. Jika telah selesai sebaiknya dibaca
sekali lagi. Dengan demikian suatu naskah pidato (teks) telah siap.
4)
Memory atau memoria (mengingat-ingat/menghapal) Tahap ini merupakan tahap menghafalkan
hal-hal penting daTi suatu pidato, hafal pokok-pokok (pointers)
danmemasukkannya ke dalam ingatan. Bila perlu dibantu dengan catatan kecil.
Bila mungkin termasuk misalnya kata-kata mutiara dan sebagainya
5)
Delivery atau Presentation atau Pronunciatio (mengungkapkan pidato)
Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam proses
persiapan. Dalam tahap ini dipelajari cara menyajikan atau cara mengungkapkan
kata-kata, dimana harusberhenti, dimana harus diberi tekanan suara, bila mungkin
dengan humor, dalam usaha menekankan persoalan sehingga cukup suggestif.
Sebenarnya semakin biasa orang berpidato akan semakin mendapat kemajuan dan
pengalaman. Bagi yang telah berpengalaman biasanya sudah tidak lagi memerlukan
naskah (terkecuali bagi pidato-pidato resmi yang memerlukan pembacaan seluruh
naskah) atau sekedar pokok-pokoknya.
Bagi yang belum berpengalaman diperlukan latihan- latihan (praktikum) dalam
penyajian atau membawakan pidato atau presentasi.
Tehnik dan Metode Penyajian (delivery! presentation)
Dalam penyajian atau membawakan pidato ada 4 metoda presentasi atau cara
penyajian, yaitu :
Metoda
impromptu atau cara mendadak, tanpa persiapan, ialah suatu cara penyajian
yang disesuaikan dengan inspirasi yang timbul seketika itu (the inspiration of
the moment). Sebenarnya cara ini cukup sulit, karena sulitnya memperoleh
inspirasi seketika itu, namun pengalaman berpidato akan memudahkan untuk
berpidato dengan cara improptu atau mendadak tanpa persiapan sebelumnya.
Metoda mencatat secara
temporanotis atau cara catatan kecil, ialah cara garis besar dalam catatan
kecil (misalnya dalam kertas sebesar kartu nama) dan menghafalkan pokok-pokok
susunan dan isi pidato.
Metoda manuscript atau cara menulis naskah lengkap, ialah cara dengan menulis naskah (teks)
lebih dulu secara lengkap dan kemudian membacanya dalam arti berbicara, dengan
gaya pidato dan sebentar-sebentar melihat audience (hadirin). Cara ini sekarang
banyak dipakai karena terasa lebih pasti, khususnya bagi pidato resmi oleh negarawan,
ilmiawan, dan sebagainya.
Metoda memory atau cara menghafal garis besar, tanpa bantuan catatan kecil. Biasanya cara ini sudah
melalui persiapan yang cukup. Walaupun demikian cara ini cukup berbahaya,
apabila tiba-tiba lupa apa yang telah dihafal dan pidato akan terhenti,
sehingga memberikan kesan yang kurang baik pacta audience.
Dalam praktek umumnya digunakan secara kombinasi antara metoda memory
dengan metoda impromptu dan temporanous.
Hal-hal yang perlu diperhatikan : Adanya
motto dalam bahasa latin, yaitu : "Quiascendit sine labore Decendit sine
honore" (Barang siapa naik mimbar tanpa persiapan, akan turun tanpa
kehormatan).
Dalam penampilan membawakan pidato (presentation) gaya pidato sebaiknya memakai gayanya sendiri (bukan meniru) yang
dikembangkan dengan variasi seperti illustrasi, gesture (gerakan tangan
seperlunya) dan hila mungkin disertai humor.
Public Speaking adalah merupakan komunikasi yang bertujuan mempengarnhi
audience. Sebab itu harns ada konsentrasi pada tujuan tersebut.
Public Speaking harus hidup dan menarik isinya harus terasa vital oleh
audience. Pasti akan menarik, apabila isinya menampung keinginan &
kepentingan audience yang diolah dan dibumbui dan kemudian diungkapkan kembali
dengan disertai pesan/anjuran yang suggestif. dan merupakan altematif, dengan
pilihan kata-kata yang berpengamh.
Public Speakers harus sungguh sungguh memperhatikan penampilan, bersikap
sopan dan memberikan kesan simpatik dan selalu memperhatikan situasi kondisi
audience serta keadaan auditorium.
PELAKSANAAN PIDATO:
3.1 Struktur Pidato
Secara sederhana struktur pidato dapat dipisahkan menjadi tiga bagian,
yaitu: pembukaan, isi, dan penutup. Adapun hal-hal yang mungkin terdapat'dalam
tiap-tiap bagian itu (tidak harus semua, boleh juga hanya satu) adalah seperti
di bawah ini :
Pembukaan
1.
Perkenalan dari pembicara.
2. Gambaran
umum mengenai isi pidato.
3. Humor
sebagai penyegar
4. Penyiapan
pikiran pendengar terhadap isi pidato.
5.
Ilustrasi yang relevan dengan isi pidato.
6. dll.
Isi Atau Uraian
1.
Penjelasan-penjelasan
2.
Alasan-alasan.
3. Bukti-bukti
yang mendukung.
4.
Ilustrasi-ilustrasi.
5.
Contoh-contoh.
6.
Angka-angka.
7.
Perbandingan-perbandingan.
8.
Kontras-kontras.
9.
Diagram-diagram.
10.
Bagan-bagan .
11.
Histogram-histogram.
12.
Model-model.
13. Humor
yang relevan.
14. dIl.
Penutup
1.
Kesimpulan dari isi pidato.
2. Ajakan.
3. Ramalan
masa depan yang berhubungan dengan 1si pidato.
4. dll.
Waktu yang dipergunakan untuk menyampaikan pembukaan, Isi atau uraian,
dan penutup pidato tidak sama. Perbandingannya adalah seperti di bawah ini :
Untuk pidato singkat, yaitu pidato yg hanya memerlukan waktu lima manit,
perbandingan waktunya adalah sebagai berikut:
Pembukaan : 1 menit
Isi : 3 menit dan
Penutup : 1 menit
Untuk pidato yang panjang. pembuka an disarankan tidak melebihi
sepersepuluh dari seluruh pidato.kemudian isi atau uraiannya sekitar delapan
persepuluh, dan penutupnya sepersepuluh atau lebih singkat lagi, jadi
perbandingan waktu tidak mutlak tergantung pada situasi kondisi,dominasi dan
toleransi).
Pembukaan Pidato.
Membuka pidato memainkan peranan yang amat penting, karena kesan pertama
bagi para pendengar adalah terletak pada cara pembicara membuka pidato. Kalau
kesan pertama baik, maka pendengar akan menaruh simpati pada si pembicara. Hal
Ini merupakan modal utama untuk mencapai keberhasilan pidato. Sebaliknya
apabila kesan pertama sudah tidak baik, maka perhatian pendengar sulit
dikendalikan, karena itu kita harus berhati-hati dalam membuka pidato.
Untuk membuka pidato pembicara dapat memilih berbagai cara yang ada. Beberapa cara di antaranya ditampilkan di bawah ini.
1. Membuka Pidato dengan Humor
Gara membuka
pidato dengan humor ini sangat segar, dan segera langsung dapat membuat
pendengar menjadi simpati kepada pembicara. Hal ini sangat membantu pembicara
dalam melaksanakan seni membujuk.
Namun perlu ditambahkan bahwa membuka pidato dengan humor ini tidak mudah.
Pembicara harus berpengalaman. Artinya, apabila pembicara memilih humor sebagal
pembuka pidato la harus benar-benar yakin bahwa humornya pasti mengena dan
diterima sebagai sesuatu yang merangsang tawa pendengar. Dengan kata lain humor
yang di lemparkan harus kana dan menghasilkan tawa bagi para pendengarnya. Jika
humornya tidak mengena atau gagal, maka "kiamatlah" sudah, dan
gagallah semuanya. Kalau dalam membuka sudah kalah dengan pendengar, apalagi
dalam mengemukakan Isi pidato. Karena itu hati-hatilah kalau membuka pidato
dengan menggunakan humor.
2. Membuka pidato setengah humor setengah serius.
Membuka
pidato dengan cara inl juga tidak mudah. Pembicara juga perlu modal pengalaman,
karena bila gagal resikonya sama dengan membuka pidato memakai humor diatas.
Bila humornya tidak mengena dihati para pendengar, ia sudah setengah gagal.
3. Membuka pidato dengan memperkenalkan diri
Membuka
pidato dengan cara ini mudah sekali. Pembicara hanya menyebutkan nama dirinya.
dan sahagian riwayat hidupnya terutama yang ada hubungannya dengan jabatannya
sekarang. Selain itu 1a juga mengemukakan tugas yang akan dilakukan dalam
kaitannya dengan pidato yang akan disampaikan.
Misalnya, seorang pembicara berpidato
dihadapan peternak untuk memberitahukan penyakit ternak yang akan dlberantas
oleh pemerintah. Dalam hubungan ini pembicara dapat membuka pidatonya dengan
memperkenalkan nama dirinya. jabatan-jabatan yang pernah dipangkunya, dan
sekarang menjabat sebagai Kepala Dinas Peternakan Tingkat II misalnya. dan
tujuannya datang ke tempat pertemuan ini ialah akan menjelaskan hal-hal yang
ada sangkut pautnya dengan penyakit kuku dan mulut padaternak terutama cara
pemberantasnya.
4. Membuka pidato dengan
memberikan pendahuluan secara umum
Membuka
piato dengan cara ini adalah yang paling lazim dilakukan oleb orang-orang yang
berpidato cara ini memang tidak Sulit. Lagi pula pendahuluan secara umum ini
dapat menyiapkan pikiran pendengar untuk menerima Isi pidato yang sesungguhnya.
Misalnya.
membuka pidato dalam rangka kampanye pemberantasan buta huruf. Pembicara
memberikan pendahuluan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan baik didalam maupun diluar sekolah, dan
berlangsung seumur hidup. Jadi belajar itu tidak harus disekolah, melainkan
juga dapat dilakukan di rumah atau dimana saja dan belajar itu bukan hanya
diberlakukan bagi anak anak melainkan dapat juga dilakukan oleh orang tua.
Dengan demikian tidak ada istilah terlambat dalam belajar.
Setelah
pembicara melakukan pembukaan sacara umum, barulah menyangkut isinya, misalnya
mengenai teknik pelaksanaan kelompok belajar yang dilaksanakan oleh orang-orang
tua di desa.
5. Membuka
pidato dengan memberikan ilustrasi yang sesuai dengan situasi dan kondisi acara
Dalam
kampanye keluarga berencana misalnya, pembicara membuka pidato dengan
memberikan ilustrasi seperti dibawah ini :
Ketika saya
menuju ke tempat pertemuan Ini, dijalan Brawijaya, saya dibuat kaget oleh
sorak-sorak kecil dari anak-anak kecil sebanyak 6 orang yang menyeberang jalan
dengan tiba tiba, persis didepan saya, skuter yang saya kendarai saya rem
mendadak, roda bersuit, kendaraan oleng dan saya hamper jatuh. Rupanya anak
kecil tersebut berjalan-jalan dikota dengan ibu mereka, tetapi karena
anak-anaknya banyak sampai enam orang, maka si ibu terlalu repot sehingga tidak
dapat menguasai anak-anaknya, apalagi ditempat yang ramai
Ilustrasi
tersebut menggambarkan sesuatu yang sesuai dengan acara. yaitu kampanye
Keluarga Berencana. Agaknya sudah nyata bahwa anak yang terlalu banyak sangat
merepotkan. dan membahayakan jiwa anak itu sendiri.
6. Membuka pidato
dengan menyebutkan Fakta dari hadirin
Membuka pidato
dengan cara ini juga tidak sulit, bahkan juga mempunyai keuntungan sampingan,
yaitu secara langsung dapat menarik simpati para pendengar.
Misalnya,
Pidato Pejabat Pemerintah dalam upacara peresmian gedung Hasil pembangunan.
Pembicara membuka pidato dengan menyebutkan betapa cerahnya wajah-wajah
hadirin, yang sorot matanya mencerminkan kebahagiaan lahir batin, pakaiannya
bersih, rapi dan bagus. Warna pakaiannya menyala, menggambarkan semangat
pemakainya juga menyala-nyala penuh gairah membangun. Pembicara juga
menyebutkan bahwa sikap hadirin sangat sopan, dan pandangan matanya
mencerminkan tingginya pengertian dan kesadaran untuk memelihara hasil-hasil
pembangunan.
Beberapa bulan yang lalu di sekolah tempat
anak-anak kita di didik ada satu peristiwa yang sungguh bisa menggoncangkan
kalangan pendidikan di daerah kita ini. Sekolah ini yang semula dianggap mantap
dalam melaksanakan 5K, yaitu : ketertiban , keamanan, kebersihan, keindahan,
dan kekeluargaan; ternyata salah' satu dari 5 K, yaitu keamanan dapat dijebol
oleh pihak luar yang tidak bertanggung jawab. Sebuah sepeda motor yang masih
ba'ru milik keluarga besar sekolah ini hilangdari tempat parkir dan sampai
sekarang belum dapat ditemukan. Setelah kita teliti, ternyata prasarana
keamanan di lingkungan sekolah ini memang cukup rapuh, terutama gerbang di
depan belum ada pintunya hingga pihak luar yang tidakberkepentingan dengan
pendi- dikan bisa leluasa keluar masuk. Karena itu senyampang kita bertemu dalam
kesempatan yang baik ini marilah kita pikirkan bersama……..”
7. Membuka pidato dengan menyebutkan contoh nyata.
Membuka pidato
dengan menyebutkan contoh nyata yang ada hubungannya dengan isi pidato tidak
suilt, asalkan pembicara tahu persis peristiwanya Lagi pula membuka pidato
dengan mengemukakan kisah nyata ini secara langsung dapat menarik perhatian
pendengar, karena biasanya orang tertarik pada kisah, ceritera, peristiwa
dramatis dan sebagainya.
misalnya,
dalam suatu pertemuan pengurus BP3 (Badan Pembantu Pelaksanaan Pendidikan)
dengan para orang tua murid dalam rangka pencarian dana. Dalam pidato Pembukaan
pembicara mengemukakan peristiwa yang benar-benar terjadi, seperti di 'bawah Ini.
ISI PIDATO
Isi pidato merupakan uraian mengenai pokok persoalan yang telah dipilih
oleh pembicara. Pokok persoalan ini dipilih untuk
mencapai tujuan, terutama tujuan khusus pidato. Karena itu, dalam menguraikan
pokok persoalan juga diwarnaii oleh yang dipilih oleh pembicara.namun apapun
tujuannya,dan apapun pendekatannya yang dipilih , uaraian dalam pidato ini
harus jelas.. Dalam wujudnya yang nyata uraian ini berupa penjelasan-penjelasan
yang dikuatkan oleh fakta, alasan, contoh, dan perbandingan. Selain itu untuk
lebih memperjelas uraian saring pula disertakan diagram, bagan, histogram dan
lain-lain yang sudah di siapkan sebelumnya.
Jlka pembicara menggunakan metoda naskah, atau metoda menghafal, maka cara
membaca ataumenyuarakan hafalannya harus memperhatikan tekanan, Nada, tempo,
dan jeda dengan baik. Tekanan itu berurusan dengan keras atau lemahnya suatu
kata diucapkan, Nada 'memperhatikan tinggi ren dahnya, tempo memp.ersoalkan
cepat lambatnya, dan jeda menentukan tempat-tem- pat berhentinya kelompok-kelompok
kata atau frase. Semuanya itu dilakukan untuk menambah kejelasan uraian dan
untuk men jaga agar pendengar tidak lekas bosan.lngat suara yang rata tanpa
variasi dapat segera' membosankan pendengar.
Jika pembicara. memilih metoda penjabaran kerangka, maka selain
syarat-syarat diatas, pembicara perlu juga memperhatikan reaksi-reaksidaripara
pendengar. Bila pendengar mulai
mengantuk, misalnya pembicara dapat menyelipkan humor disana sini. Bila
pendengar kelihatan kurang tertarik pembicara harus menghubungkan dengan hal
yang bisa menarik perhatian pendengar. Demikian pula bila pendengar kelihatan
tertarik, pembicara dapat memperpanjang waktu pidatonya.
Ada kemungkinan pembicara mengingat-ingat atau menghafalkan butir-butir
utama dalam kerangka, dan bahkan juga bu tir-butir pendukungnya. Jika
butir-butir uta ma dan butir-butir pendukungnya ini sudah dapat dingat dengan
baik, maka tanpa ca tatan sedikit pun pembicara sudah dapat berpidato dengan
lancar. Apalagi jika sebelumnya pembicara sudah berlatih dengan tekun, maka
berpidato bukan sesuatu yang menakutkan. Bahkan sebaliknya, berpidato merupakan
kegiatan yang menyenangkan. Pembicara dapat mendikte pendengar untuk tersenyum,
tertawa, marah"gembira, sedih, membenci, mencintai dan sebagainya, sesuai
dengan'selera pembicara. Itulah sebabnya ada orang yang "ketagian"
berpidato. Dia selalu mencari kesempatan untuk tampil berpidato di hadapan
orang banyak, karena dengan cara begitu ia akan memperoleh kepuasan. Itulah
"Seni membujuk”
Perlu disadari oleh pembicara bahwa cara menguraikan isi pidato tidak sama.
isi sebuah pidato dapat dikemukakan melalui berbagai pendekatan tergantung pada
pendengarnya. Tentu saja tidak semua pendengar diteliti satu persatu untuk
menentukan pendekatan, melainkan hanya akan mengambil sejumlah pendengar yang
menjadi golongan terbesar. Jadi pendengar pada umumnya.
Ada tiga pendekatan dalam menyam- palkan Isi pidato. yaitu: pendekatan
Intelek tual, pendekatan moral, dan pendekatan emoslonal.
1. Pendekatan Intelektual.
Pendekatan ini dipakai apabila orang-orang
yang pendidikannya relatif tinggi., Dalam menghadapi orang-orang terpelajar ini
pembicara tidak boleh asal bicara, melainkan harus berbicara dengan
mengutamakan penalaran. Setiap pernyataan yang dikemukakan sedapat- dapatnya disertai
alasan atau bukti yang kuat, karena para pendengar memang sudah terbiasa
berpikir logis.
Misalnya,
seorang pembicara ingin mengemukakan "Pelestarian Alam dan Lingkungan
Hidup. Apabila ia menggunakan pendekatan intelektual, maka salah satu uraian
nya dapat dikemukakan seperti di bawah ini.
"Salah satu fungsi hutan dapat kite lihat pada waktu
turun hujan. Daun-daun melindungi bunga tanah.. Permukaan untuk menampung air
hujan diperluas ribuan kali berkat banyaknya dedaunan yang menanggung "beban"itu.
Penyerapan air oleh tanah berlangsung lancar, karena air tak 'tumpah sekaligus.
Selain ltu tanah lebih dapat mempertahankan kelembabannya, karena pohon- pabon
menaungi permukaan tanah dari sengatan sinar matahari. Untuk tumbuh sempurna,
pohon membutuhkan air. Air hujan yang terperangkap dipohon pun bermanfaat,
karena akan menguap dan perlahan-Iahan naik membentuk awan, dan suatu ketika
akan turun 1agi sebagai hujan'-
Sebaliknya
bilahujan tercurah di tanah gundul, misalnya di areal hutan yang telah
ditebang, tanah akan segara jenuh. Kemampuan tanah untuk menyerap air tak lagi
sebanding dengan banyaknya air hujan yang tercurah. Air tergenang, dan tanah
ikut hanyut kesungai. Sanggupkan sungai
menampung air
yang dulu tertampung daun -daun pohon? Sering tidak mampu, karena memang air
tercurah sekaligus tidak ada yang menghambat. Akibat meluapnya sungai sudah
dapat kita duga, yaitu banjir bandang yang mungkin sangat mengerikan. Dalam
waktu yang tidak lama air hujan se luruhnya akan hanyut ke laut. Tak adalagi
pohon dengan daun-daunnya menangkap air. Tak terjadi penguapan, awan tak
terbentuk dan hujan tak turun lagi. Kalau hal 1ni dibiarkan terus, apa yang
terjadi? Gurunyang besar dan sangat gersang. Bencana ini mulai mengancam, gara-gara hutan ditebang tanpa perhitungan.
Cukup tragisi memang. Tetapi inilah masalah yang kit a hadapi, suatu kenyataan
yang sedang terjadi dihadapan kita "
2. Pendekatan Moral.
Pendekatan yang
sifatnya moral ini di pergunakan apabila para pendengar umumnya orang-orang
yang aktif dalam bidang moral. Misalnya di
lingkungan keagamaan, kemanusiaan, dan lingkungan kemanusiaan yang lain.
Sebagai contoh, seperti topik tersebut di atas, yaitu pembicara ingin
mengemukakan masalah "Pelestarian
Alam dan Lingkungan Hidup". Apabila ia menggunakan pendekatan moral
keagamaan, maka salah satu uraiannya dapat dikemukakan seperti di bawah ini. .
"Tuhan menciptakan alam termasuk
bumi dan isinya sangat indah, Memang Tuhan senang keindahan. Dan manusia diwa
jibkan oleh Tuhan menjaga keindahan bumi 'kita ini. Dengan kata lain, manusia
tidakboleh membuat kerusakan-kerusakan yang . mengakibatkan bumi tidak indah
lagi. Menebangi hutan semaunya juga termasuk . pengrusakan. Kalau hal itu
dilakukan oleh manusia, maka Tuhan akan murka dan Tuhan akan menghukum manusia
dengan cara mendatangkan. banjir. Jadi, banjir itu dapat diartikan sebagai
hukuman bagi- orang-orang yang merusak hutan. Karena itu……..”
3. Pendekatan Emosional.
Apabila Sasaran
/ audien pendidikan tidak tinggi, maka sebaliknya pembicara mempergunakan
pendekatan emosional. Pendekatan ini sudah terbukti paling efisien untuk
mengambil simpati pendengar yang ti dak intelek. Caranya pembicara lebih dahulu
mengajak para hadirin untuk
bersahabat.Setelah berhasil diajak bersahabat, baru ke mudian ditanamkan atau
disampalkan informasi, gagasan, pendapat, kehendak dan alin lain
misalnya topik
tersebut di atas, yaitu tentang "Pelestarian Alam dan Lingkungan
Hidup". Apabila pembicara, memilih pendekatan emosional karena mengetahui hahwa pendengarnya
bukan orang-orang terpelajar, maka salah satu uraianya dapat dilakukan seperti
di ba wah ini.
"Pada saat ini
saya' merasa berbahagia sekali berada di tengah-tengah, warga masyarakat desa
ini. Kesempatan dapat bertemu seperti ini sudah lama saya tunggu. Bahkan saya
sempat bermimpi-mimpi berkumpul
bersama-sama Saudara-saudara se kalian. Alhamdulillah, berkat kemurahan Tuhan
akhirnya datang juga kesempatan un tuk bertatap muka dalam pertemuan yang
semarak ini. Betapa tidak bahagia?
”Dari jauh saya sudah mendengar bahwa warga desa ini sangat rukun. Semuanya
mempunyai kesadaran yang tinggi dalam memelihara dan membangun lingkungannya.
Hasilnya dapat kita lihat dengan nyata. Ke butuhan air tercukupi sepanjang
tahun, ka rena masyarakat sekitar daerah ini pandai rnenjaga ,hutan sebagai
sumber air. Hutan dipelihara dalam arti tidak
tampak kerusa kan-kerusakan yang berarti. Untuk itu saya ucapkan terima
kasih. Lebih terima kasih lagi
bila……….”
Penutup Pidato.
Penutup pidato merupakan bagian yg amat penting, karena apa yang terakhir
di katakan pembicara biasanya lebih mudah dan lebih lama diingat oleh
pendengar. Se- lain itu kesan terakhir penampilan pembicara juga
"terekam" dalam angan-angan pendengar. Oleh karena ltu, pembicara
harus berhati-hati memilih cara penutupan pidato yang tepat, sebab ketidak
tepatan me milihcara penutupan pidato dapat merusak keseluruhan pidato yang
mungkin sudah baik. .
Cara menutup pidato cukup banyak. Pembicara dapat memilih salah satu
cara 1tu. Tentu saja harus disesuatkan dengan situasi dan kondisi acara. di
bawah inidikemukakan beberapa cara.penutupan pidato.
1. Menutup pidato dengan mengemukakan Rangkuman.atau kesimpulan
dari seluruh isi pidato.,
Menutup
pidato dengan cara ini- ngat lazim dilakukan oleh pembicara, sebab selain tidak
sulit juga dapat dipakai sebagai pemantapan bagi pemahaman para pendengar.
Contohnya seperti dibawah ini.
"Memang tidak tertutup kemungkinan bahwa gagasan yang
saya kemukakan ini berbeda dengan gagasan Saudara masing-masing, karena Saudara-saudara
samua adalah pemikir-pemikir yang telah lama mengabdikan diri dalam dunia
pendidikan. Namun saya yakin betapapun besarnya perbedaan itu pasti ada
kesamaannya. yaitu kita semua pasti setuju apabila mutu pendidikan di
tingkatkan. . ……………….”.
Inti dari pidato itu.ialah meningkatkan mutu pendidikan selain seperti
contoh diatas pembicara juga dapat menutup pidato seperti dibawah ini:l.
"Saudara-saudara -yang berbahagia, akhirnya kita sampat pada
kesimpulan dari semua yang telah saya kemukakan, yaitu:
1………………….
2………………………
3………………………
4………………………
2. Menutup
Pidato Dengan Mengutip Kata-kata terkenal,baik berupa motto, kata-kata mutiara, maupun pribahasa. Contoh-contoh seperti dibawah ini:
“Tekat kita mengabdi kepada pendidikan tidak
akan lekang oleh panasdan tidak akan lapuk oleh hujan. Atau “dalam
menghadapisituasi semacam ini kita harus kompak, ingat bersatu kita teguh
bercerai kita runtuh”
3. Menutup
pidato dengan mengemukakan prinsip-prinsip yang terkandung dalam pidato
tersebut. Contohnya sepertl di bawah Ini.
"Sukses hanyalah dapat dicapai
dengan kerja keras, disiplin dan tekad yang kuat” degankerja keras. disiplin
dan tekad yang kuat". adalah
prinsip-prinsip.Jadi tidak sekedar rangkuman dari isi pidato..
4.Menutup
pidato dengan mengemukakan , cerita singkat yang menarik.Cerita yang dipilih
tentu saja yang ada hubungannya dengan isi pidato.
Menutup'pidatodengan cara'seperti
ini memang kurang lazim, namun ada juga yang meng- gunakan cara ini. Contohnya
seperti di bawah ini.
“Pada suatu malam yang, gelap, dua ekor katak
telah terjatuh pada'sebuah panci besar berisi susu. Setelah beberapa jam kedua
katak itu berusaha keluar panci dan selalu gagal, maka katak yang agak besar
berkata kepada katak yang agak kecil. "Saya tidak akan melanjutkan usaha
ini Saya menyerah dan akan mengakhiri hidup sara di dasar panci berisi susu
yang nyaman ini Katak kecil tidak menghiraukan ucapan ka-tak besar, dan dia
terus meloncat berusaha keluar panci. Beberapa saat kemud!an, secara tidak
sengaja susu yang diaduk-aduk oleh katak yang meloncat-loncat .1tu mengental
menjadi mentega. Oleh karena susu kental dan keras, maka katak kecil
dapat keluar dart panci dan selamat, tidak seperti katak besar yang sudah
terlanjur mati. Nah, adik-adik kalau saya setuju memilih seperti yang dilakukan
oleh katak kecil itu. Anda tentunya sependapat dengan saya".
Carita diatas dipergunakan untuk
menutup pidato apabila isi pidato menekankan pada usaha yang sungguh-sungguh.
5. Menutup pidato dengan mengemukakan pujian kepada
hadirin.
Hal ini
dilakukan pembicara untuk me ninggalkan kesan yang baik kepada pendengarnya,
karena cara ini dapat menimbulkan suasana bersahabat. Contohnya seperti di
bawah inl.
"Saya
sangat terkesan dan sungguh-sungguh berbahagia berhadapan dengan
saudara-saudara yang ramah sangat ,menghargai tamu.Belum pernah situasi semacam
ini saya temukandi tempat lain.Mudah mudahan pada kesempatan lain kita dapat
bertemu kembali……”
6. Menutup pidato dengan mengemukakan
ajakan.
Menutup pidato
'.dengan cara ini tidak sulit, dan memang sering dipergunakan orang Contohnya
seperti .di bawah ini”agaknya uraian dan contoh-contoh yang saya sampaikan tadi
sudah jelas bagi kita bahwa sampah selain menimbulkan pandangan yang
mengjijikkan, bauk taksedap juga sumber penyakit.. Karena itu marilah ki ta
perangi sampah. Kita jaga lingkungan hi dup kita dari sampah-sampah yang
berserakan. Semua sampah kita buang di tempat yang sudah disediakan atau
musnahkan. Pekerjaan ini tidak berat asal kita semua mau melakukannya.' Menjaga
keberslhan amat mudah, tetapi hasilnya waaah".
Kapan pembicara sudah harus mengakhiri pidatonya? Dengan kata lain, berapa jam atau berapa manit waktu
berpidato Itu hingga pembicara sudah
harus menyampaikan penutup pidato? ukuran yang pasti mengenai waktu
berpidato ini tentu tidak dapat diberikan. Suatu suku bangsa di Benua Afrika,
misalnya, mempunyai kebiasaan untuk menentukan lama orang berpidato diukur
dengan lamanya berdiri dengan satu kaki Bila orang sudah merasa lelah berdiri
dengan sebelah kaki, pertanda bahwa pembicara harus segera mengakhiri
pidatonya.
Ukuran seperti di atas tentu tidak dapat dipakai sebagai patokan. Sebab
lamananya' Orang'berpidato sangat ditentukan oleh banyak faktor, yaitu tujuan
pidato, luasnya masalah, pembicara, pendengar, suasana.- tempat, dan
mungkin juga faktor lain.
Suatu pidato mungkin dikatakan terlalu lama, dan pidato yang lain mungkindi
katakan terlalu sebentar meskipun jumlah waktu yang dipergunakan relatif sama.
Suatu pidato dikatakan terlalu lama apabila pendengarnya sudah mulai bosan,
lelah, lapar, tidak ada minat dan sebagainya. .Pidato dikatakan sebentar atau
dianggap sebentar bila pendengar masih tertarik,dan ingin pembicara meneruskan
pidatonya. Jadi'dalam hal ini soal berapa jam atau berapa menit tidak menjadi
soal. Meskipun demikian, waktu berpidato
15 sampat 30 manit di anggap sudah memadai, atau bahkan boleh dikatakan sudah
terlalu lama.
Sehubungan dengan soal waktu mengakhiri pidato ini, sebaiknya pembicara se-
gera.menghentikan pidatonya sebelum pendengar menghendaki agar pembicara
turun.. Perasaan jemu dari pendengar akan segera tiba setelah tercapai
puncak kepuasaan terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara.Karena itu
pembicara harus tanggap terhadap reaksi para pendengarnya, agar pidatonya tidak
dinilai terlalu panjang dan membosannkan..
PETUNJUK PRAKTIS
Sebagai petunjuk praktis, disampaikan anjuran gebagai berikut :
1.
Bersiaplah
selalu dengan pidato dengan susunan dan kerangka yang logis serta sistimatik
2.
Tunjukkan
keberanian tampil untuk berpidato.
3.
Bila waktunya
telah tiba, silahkan ke mimbar dengan sikap tidak ragu-ragu, dengan tenang dan
tidak meninggalkan sopan santun.
4.
Sebaiknya
tidak tergesa-gesa memulai berpidato, melainkan sambil menenangkan pikiran,
lepaskan pandangan kepada seluruh hadirin daD ruangan, antara lain dengan
maksud mengukur tekanan suara.
5.
Mulailah
berpidato dengan suara tenang dan sikap tenang.
6.
Gunakanlah
gerak-gerik tangan dan mimik yang sesuai dengan isi dan semangat pidato, tapi
jangan berlebihan sehingga membosankan.
7.
Jika
kelihatan perhatian agak menurun, berusahalah menyelipkan kata-kata yang lucu
(humor) untuk mengembalikan perhatian, tapi jangan berlebihan sehingga
merupakan lawak.
8.
Jangan
menggunakan sikap badan dan suara yang dibuat-buat.
PENUTUP:
Seni berpidato atau disebut juga dengan retorika, tidak bisa lahirt dengan
begitu saja ia memerlukan pengetahuan
dan latihan latihan secara intensif. Langkah langkah untuik menjadi seorang
retorik ada tiga tahapan pokok yang
harus dilalui, yaitu :
Tahap pesiapan
Tahap Penyajian
Tahap eveluasi
Pada tahap persiapan ini menyangkut mencari bahan, mengolah bahan bahan
menjadi pesan yang akan disampaikan sehingga berbentuk nasakah dan setelah
dianggap cukup naskah itu baru setelah itu diperlukan latihan, menyampaikan ( berpidato) secara berulang ulang dan selanjurnya
baru dilaksanakan penyajian sebenarnya
didepan publik. Setelah penyajian, kita haus mengevaluasi bagaimana penampilan
tadi apakah sempurna atau masih perlu di perbaiki, termasuk pesan yang
disampaikan.
Demikianlah secara ringkas
diuaraikan tentang Seni berbicara di depan umum, semoga ada menfaatnya
bagi pembaca. Terakhir penulis menyadari bahwa tulisan ini belumlah sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan tulisan ini.
DAFTAR PUSTAKA :
1.
Bormann,
Ernest G dan Bormann, Nancy C, Retorika : Suatu Pendekatan Terpadu, Erlangga ,
Jakarta , 1989;
2.
Machfoedz,Mas’ud
dan Machfoedz, Mahmud, Komunikasi Bisnis Moderen untuk Mahasiswa dan Profesi, BPFE, Yogyakarta, 2004/2005
3.
Effendy ,
Onong Uchjana, Komunikasi : Teori dan Praktek, Remaja Rosda Karya, Bandung,
2004
4.
Rakhmad,
Jalaluddin, Retorika Moderen : Pendekatan Praktis, Remaja Rosda Karya, Bandung,
2004
5.
Rousydiy,T.A.Lathief,
Dasar Dasar Retorica, Komunikasi dan Informasi, Firma Rimbow, Medan, 1985
Padang, Agustus 2010
Drs.Arsal Bam
Pembina Utama
Madya Nip.050053877
Tidak ada komentar:
Posting Komentar